Karena Si Kecil belum bisa mengelola emosinya sendiri
Mengelola Emosi Terlebih Dahulu untuk Orang Tua
Rayi menjelaskan, bahwa sebelum mendisiplinkan anak, orang tua perlu untuk belajar mengelola emosi sendiri terlebih dahulu. “Kadang sebagai orang tua, emosi kita gampang tersulut. Hal pertama sebenarnya harus belajar untuk bisa menenangkan diri sendiri,” kata Rayi. Menurutnya, bila emosi belum mereda, orang tua akan menjadi lebih emosi ketika mau mendisiplinkan anak. Dampaknya, orang tua akan berbicara menggunakan nada tinggi, menyebabkan perilaku anak semakin negatif. “Akhirnya, terjadi interaksi negatif dan anak tidak bisa mendengar nasihat orang tuanya,” lanjutnya.
Jika Moms berada di satu titik sudah tidak tahan dengan anak, Rayi menyarankan untuk mengganti dulu pengasuhan dengan suami atau pengasuh. “Moms bisa istirahat 5 menit, baru kita dapat kembali menghadapi anak lebih tenang, dan lebih terkoneksi dengan anak,” katanya.
Dampak Gunakan Kekerasan dan Time-out dalam Mendisiplinkan Anak
Dalam melakukan disiplin positif, tidak boleh melakukan teriakan, memukul, dan menghukum. “Kalau Moms teriak, dan anak masih merasa kesal, akhirnya orang tua dan anak tidak bisa saling mengerti. Begitu juga dengan memukul. Karena dengan memukul, kita mengajarkan anak bahwa kekerasan fisik dibolehkan, dan anak akan meniru,” jelas Rayi. Lebih lanjut, Rayi juga tidak menyarankan untuk melakukan “time-out” sebagai cara untuk mendisiplinkan anak.
Time-out dilakukan dengan memisahkan anak sementara dari lingkungan ketika ia tidak berperilaku baik. “Time-out membuat anak merasa dijauhkan ketika ia sedang emosi dan melakukan kesalahan. Anak merasa seperti dipaksa belajar untuk mengelola emosinya sendiri, padahal mereka masih susah untuk memikirkan apa kesalahannya, dan ia butuh bantuan orang tua untuk mengelola emosinya,” jelas Rayi.
Dampaknya, anak tidak mengerti apa kesalahannya, karena orang tua juga tidak menjelaskan pada anak. Selain itu, konsekuensinya bisa tidak sejalan dengan apa yang dilakukan anak. “Apa yang anak tahu, ia berbuat salah dan dia disuruh memojok. Anak pun merasa jauh dari orang tua, merasa tidak dimengerti, padahal sebenarnya anak butuh perhatian orang tua, misalnya,” lanjutnya.
Pentingnya Disiplin Positif pada Anak Usia Dini
Ketimbang time-out, Rayi pun menyarankan bagi orang tua untuk melakukan time-in sebagai cara untuk memberikan hukuman bagi perilaku anak yang buruk. “Misalnya, Moms menentukan tempat untuk anak agar dapat menenangkan dirinya. Hal ini sudah membantu anak untuk merasakan emosinya,” saran Rayi. Selain itu, disiplin positif diperlukan untuk membantu anak memahami lingkungan dan memberikan struktur yang tepat. Sehingga, anak paham apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Terakhir, Rayi juga menyebutkan tiga cara menerapkan disiplin pada anak. Pertama, orang tua harus empati terhadap perasaan anak, sehingga orang tua bisa paham apa yang dirasakan anak, dan latar belakang dari perilakunya tersebut. Kedua, memberitahu tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak, supaya anak mengerti tentang aturan dan batasan-batasan. Ketiga, orang tua dapat memberikan solusi dari masalah dan pilihan dari situasi yang dihadapi.
Nah, itu dia cara menerapkan disiplin positif pada anak usia dini yang bisa dilakukan sebagai metode pengasuhan anak.