Pernahkan Kawan Puan mengiyakan permintaan orang lain hanya demi menyenangkan mereka?
Menyenangkan orang lain adalah tindakan yang diperbolehkan, tetapi jika kamu merasa terbebani hingga kewalahan maka itu tidaklah bijak.
Itulah yang dinamakan the people pleaser. Individu yang selalu berusaha menyenangkan orang lain untuk diakui, padahal sebenarnya tidak berminat untuk membantu.
“People pleaser selalu berusaha menyenangkan hati orang lain, kalau gak ngebantuin itu rasanya gak enak, dan merasa takut jika ditolak,” ujar Irma Afriyanti Bakhtiary, M.Psi., Psikolog Klinis di PION Clinician saat dihubungi PARAPUAN.
Ia melanjutkan, people pleaser itu tidak memiliki batasan yang dia buat untuk dirinya sendiri, kesulitan berkata tidak, dan kebutuhan untuk diakui.
Jika sikap people pleaser dilakukan secara terus menerus, maka akan menimbulkan tekanan pada diri sendiri dan berpengaruh pada kesehatan mental.
“Suatu hal jika dilakukan berlebihan pasti menimbulkan tekanan untuk diri sendiri. Ada hal di luar batas yang dipaksakan, tentunya berpengaruh pada kesehatan mental,” imbuhnya.
Menurut Irma, sikap people pleaser bisa terjadi ke siapa pun. Pola asuh orang tua juga dapat berkontribusi membentuk kepribadian anak karena kurangnya kemampuan kontrol diri.
“People pleaser bisa terjadi ke siapa saja. Mungkin ada pengaruh dari pola asuh yang membentuk anak, seperti kurangnya kemampuan untuk mengelola stresnya,” jelas Irma.
Tips Berhenti Menjadi People Pleaser
Irma membagikan beberapa tips yang bisa Kawan Puan gunakan untuk berhenti menjadi people pleaser. Yuk, simak ulasan berikut!
1. Buat batasan
Tips pertama adalah membuat batasan. Cobalah mengubah perilaku mulai dari langkah demi langkah dan apresiasi setiap kemajuanmu.
Usahakan berhenti untuk memikirkan permintaan orang lain, pertimbangkan dulu apakah kamu mampu untuk membantu.
“Selalu refleksi diri, usahakan berhenti untuk memikirkan permintaan orang lain. Pertimbangkan dulu batas kemampuanmu,” saran Irma.
2. Berani berkata tidak
“Berani berkata tidak, tanpa mikir. Jadi, tidak perlu berpikir apa yang orang lain pikirkan tentang penolakanmu,” kata Irma.
It’s okay to say no. Tidak perlu menyalahkan diri sendiri saat menolak orang lain, daripada memaksakan diri tapi hasilnya tidak maksimal.
Menolong itu baik, tetapi kamu juga harus mengerti batasanmu membantu orang lain bisa sampai sejauh mana agar tidak kewalahan.
3. Menolong orang dengan niat yang benar
“Tolonglah seseorang jika pengen menolong, bukan semata-mata bikin orang lain senang,” tegas Irma mengingatkan.
Menurutnya, people pleaser itu bersedia membantu tapi secara tidak langsung ingin mendapatkan imbalan untuk memenuhi ekspektasinya.
Imbalan tersebut dapat berupa pujian, ingin diperlakukan seperti itu, diakui orang lain, dianggap baik, dan masuk ke dalam sebuah lingkungan (pertemanan, pekerjaan, keluarga).
“Menolong orang itu baik, tapi jangan sampai kita berharap imbalan. Itu justru tidak bagus. Menolong itu niatnya harus benar untuk berbuat baik,” lanjutnya.
4. Menjadi diri sendiri
“Be yourself, gak usah ngikutin ide, ajakan, atau pendapat orang lain yang kita tidak sukai dan setujui,” saran Irma.
Kenali dulu dirimu dan kamu orangnya seperti apa, tujuannya agar kamu tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.
Prioritaskan dirimu, serta jangan memaksakan diri untuk membantu orang lain jikalau akhirnya kamu merasa terbebani dan menyesal.
“Yang penting kita harus bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri dulu, jadi kita tahu apa yang harus dilakukan,” imbuhnya.
Nah, Kawan Puan, siap memprioritaskan diri dan berhenti menjadi sosok people pleaser? (*)